Hidup Bahagia atau sengsara? || Oleh : Nuril Faizin
Berbicara mengenai Kehidupan Pasti kita akan menoleh ke atas sambil meneguk sejuta angan sambil berpikir, kapan saya akan sukses ya?, kapan saya akan mapan ya?.
Nah pertanyaan seperti ini dan angan angan seperti ini sangat bertaburan didunia pengenyam dinamika kehidupan.
Hidup terkadang butuh reslistis agar tidak terkikis sama sosial yang amat ironis, tapi nyatanya kita banyak mengejar yang tak butuh untuk dikejar, kita tetap berharap pada yang tak butuh diharap kira-kira begitu kata sijalang pemakan bangkai hatinya sendiri.
Tapi yang paling penting ialah Hidup dengan merasakan Nikmat yang abadi dalam duniawi sekarang ini. Hidup bahagia tak harus punya banyak Harta, tak harus banyak wanita, yang kita butuhkan hanyalah kesadaran saja.
Kadang kita tak sadar akan banyaknya pemberian yang diberikan, kita tak sadar akan kasih sayang yang ditunjukkan. Malahan kita terjerumus pada ombak pelipur lara yang semestinya bukan hak kita untuk memetiknya.
Salah satu pepatah mengatakan "Bersyukur atas apa yang ada, menjadikan hidup lebih bermakna"
Mengaca pada dinamika yang telah banyak memakan korban nyawa, kita telah menghilangkan sebuah esensi yang paling Urgen di dunia ini bahkan subtansialnya berkaitan dengan Akhirat.
Kami pikir itu penyebab runtuhnya Nikmat berupa bahagia, kurang bersyukur dan menerima apa adanya. Konteks ini memang tidak familiar tapi Salah satu kunci yang paling Utama ialah Bersyukur atas Nikmatnya. berdoapun tidak guna karena syukur tidak kau jadikan patokan prinsip nyata
Apakah pantas kau mendapatkan itu semua? Bahagia atau malah sebaliknya?.
Bukannya kita sudah dijanjikan Olehnya?, dengan persyaratan yang tak harus mengorbankan jiwa raga, tapi kita seakan asing dengan firmannya.
Oleh : Nuril Faizin
Sekretaris PAC IPNU Pragaan.
Posting Komentar untuk "Hidup Bahagia atau sengsara? || Oleh : Nuril Faizin"